sumber
Bahasan tentang perihal sosial kemasyarakatan suku-suku bangsa di suatu wilayah pada dasarnya mencakup banyak aspek. Salah satu aspek yang sudah pasti dibahas adalah adat istiadat kelompok etnis yang ada di daerah itu. Demikian halnya bahasan sosial kemasyarakatan di “Tanah Papua” harus pula berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan hidup sehari-hari.
Adat istiadat masyarakat Papua sangat beragam karena kelompok etnis di daerah ini cukup banyak jumlahnya. Kenyataan tersebut menyebabkan Dinas Kebudayaan Provinsi Papua bekerja sama dengan Universitas Cenderawasih dan Summer Institute of Linguistics (SIL) Papua (2008) telah berusaha membuat satu peta dan jumlah etnis yang diberi nama Peta Suku Bangsa di Tanah Papua. Peta tersebut memuat pengelompokan suku bangsa sebanyak tujuh wilayah adat dengan rincian berikut:
1. Wilayah Adat I Mamta 87 suku;
2. Wilayah Adat II Saireri 31 suku;
3. Wilayah Adat III Bomberai 19 suku;
4. Wilayah Adat IV Domberai 52 suku;
5. Wilayah Adat V Anim Ha 29 suku;
6. Wilayah Adat VI La-Pago 19 suku;
7. Wilayah Adat VII Mi-Pago 11 suku.
Secara garis besar perlu dijelaskan wilayah-wilayah adat tersebut, yakni wilayah satu terdapat di daerah Jayapura, yakni antara Sungai Mamberamo dan sungai Tami, wilayah dua adalah daerah Teluk Cenderawasih, yakni Biak Numfor, Yapen Waropen, sampai Teluk Wondama. Wilayah tiga mencakup daerah “Kepala Burung” yakni Manokwari – Sorong dan wilayah empat adalah Fak-Fak dan Kaimana. Wilayah lima adalah Merauke, Asmat, Boven Digul, dan Mapi. Wilayah enam yakni daerah pegunungan tengah bagian timur sampai ke daerah perbatasan negara PNG dan wilayah tujuh meliputi pegunungan tengah bagian barat sampai ke daerah Timika.
Berdasarkan data di atas, jumlah kelompok etnis secara keseluruhan di “Tanah Papua” sebanyak 248 etnis. Jumlah kelompok etnis tersebut tidak sama dengan jumlah bahasa. Menurut Summer Institute of Linguistics (SIL) (2000: 1), jumlah bahasa daerah (local language) di Tanah Papua sebanyak 263 bahasa. Belum diketahui secara pasti tentang penyebab terjadinya perbedaan itu. Apakah kelompok etnis tertentu menggunakan dua bahasa atau lebih ataukah pendataan yang telah dibuat belum tuntas? Barangkali penelitian lebih lanjut dapat menjawab kedua masalah yang ada.
Pengelompokan wilayah adat sebagaimana dikemukakan di atas pada dasarnya terkait dengan ciri-ciri adat istiadat pada setiap kelompok. Sebagai contoh, kelompok satu memiliki ciri pembeda yang menarik antara lain sistem pemerintahan tradisional yakni ‘keondoafian’, mas kawin dan adat perkawinan, kesenian, bahasa, dan unsur-unsur budaya lainnya.
Nabire terkenal sebagai penghasil kopi terbesar kedua setelah Kabupaten Jayawijaya dan juga mempunyai julukan sebagai Kota Jeruk. Seperti kebanyakan daerah di Papua, Nabire juga memiliki potensi kekayaan laut yang cukup besar. Adanya Taman Laut Nasional (TLN) Teluk Cenderawasih di Nabire merupakan sebuah bukti bahwa Nabire juga merupakan wilayah wisata perairan yang patut dikunjungi.
Kitorang juga punya makanan khas, namanya papeda adalah makanan berupa bubur sagu khas Maluku dan Papua yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Papeda berwarna putih dan bertekstur lengket menyerupai lem dengan rasa yang tawar. Papeda merupakan makanan yang kaya serat, rendah kolesterol dan cukup bernutrisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar